Masjid Cut Mutia
Bangunan masjid ini tidak seperti disain masjid pada umumnya karena memang saat pertama dibangun fungsi bangunan ini yaitu untuk kantor pada masa pemerintahan Belanda sehingga tidak ada bentuk kubah dan tidak adanya kaligrafi juga motif-motif islam pada masjid ini. Memiliki gaya disain arsitektur klasik khas Belanda yang tidak terlalu menonjolkan ukiran-ukiran klasik yunani dapat dilihat dari tembok bangunannya yang tidak begitu ramai.
Bangunan ini sampai sekarang terlihat sama dari gaya
arsitekturnya yang dipertahankan hanya terdapat beberapa tambahan karena
fungsinya yang telah berubah dan bangunan dilakukan pengecatan ulang setiap
beberapa tahun sekali.
Terdapat penambahan kanopi pada balkon dilantai atas untuk
mencegah panas matahari dan tampias hujan. Penambahan material batu kali yang
dicat hitam pada dinding bagian bawah bangunan untuk memunculkan kesan kokoh
pada bangunan.
Penggunaan kaca patri pada jendela yang sangat mmencirikan bangunan klasik di masanya juga terdapat penambahan coakan kayu pada bingkai jendela yang mencirikan bangunan islam.
Gedung Joang 45
Merupakan bangunan museum yang fungsi mulanya pada saat
pertama dibangun ialah hotel, yang dikelola oleh seorang berkebangsaan
Belanda. Hotel tersebut saat itu termasuk yang cukup baik dan terkenal di
kawasan pinggiran Selatan Batavia,
dengan bangunan utama yang berdiri megah di tengah dan diapit deretan bangunan kamar-kamar
penginapan di sisi kiri dan kanannya untuk menginap para tamu.
Bangunan ini bergaya klasik Belanda yang dicampur dengan
budaya etnik Batavia, bisa dilihat dari penggunaan reiling dengan ornament,
lisplang, juga penopang atap yang menempel pada tiang.
Pengunaan jendela kotak-kotak dengan teralis bunga didalamnya
dan pintu kayu klasik yang tinggi dengan lubang-lubang ventilasi disisi daun
pintunya.
Bentuk ornament melengkung yang merupakan unsure dari budaya
Batavia terlihat pada tiang penopang atap. Penggunaan tiang tinggi kolom klasik
yang merupakan symbol kekokohan dan kemegahan bangunan klasik.
Museum Perumusan Naskah
Proklamasi
Gedung ini didirikan sekitar tahun 1920 dengan arsitektur
Eropa (Art Deco), dengan luas tanah 3.914 meter persegi dan luas bangunan 1.138
meter persegi. Pada tahun 1931, pemiliknya atas nama PT Asuransi Jiwasraya.
Ketika pecah Perang Pasifik, gedung ini dipakai British Consul General sampai
Jepang menduduki Indonesia.
Bangunan yang dulunya merupakan rumah kediaman laksamana
Maeda ini terlihat besar dengan sedikit ornament klasik bahkan hampir tidak
ada. Bangunan ini banyak menggunakan jendela tunggal panjang dengan pola
kotak-kotak dengan kusen dicat kuning muda. Penggunaan bentuk atap trapezium
untuk menambah kesan megah.
Gereja St. Theresia
Pada tahun 1930 kota Jakarta (Batavia) diperluas dengan mengembangkan kawasan Menteng dan Gondangdia. Umat Katolik yang mendiami kedua kawasan tersebut harus berjalan kaki cukup jauh bila akan mengikuti misa di gereja Katedral. Pengurus Gereja Katedral lalu mencari lahan sampai akhirnya ditemukan sebidang tanah di Jl. Soendaweg (sekarang Jl. Gereja Theresia) untuk dibangun gereja.
Gereja Theresia mempunyai 3 pintu, diatas setiap pintu
terdapat jendela besar. Jendela besar diatas pintu utama menggambarkan
St.Theresia, sedang yang diataspintu samping menggambarkan St.Ignatius de
Loyola (pendiri Serikat Jesus) dan St. Fransiscus Xaverius (pelindung Misi).
Dibelakang altar pun terdapat jendela yang ukurannya lebih kecil dari
jendela-jendela yang disebutkan diatas, jendela-jendela ini berjumlah 13 dimana
yang ditengah menggambarkan Yesus dan kanan kirinya menggambarkan keduabelas
Rasul.
Gereja GPIB Jemaat Paulus
Bangunan gereja ini menggunakan material atap sirap dengan
bentuk atap trapezium. Merupakan bangunan tua yang telah direnovasi seperti
bangunan semula agar nilai historisnya tetap terjaga dan tidak hilang.
Sumber
:
https://debbychintyatari.wordpress.com/2016/03/05/konservasi-kawasan-menteng-jakarta-pusat/
https://nuryuwandalinda.wordpress.com/2016/06/30/konservasi-arsitektur-kawasan-menteng/
http://noviaclarabianca.blogspot.com/2014/03/konservasi-arsitektur-kawasan-cagar.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar