Senin, 25 Maret 2019

Konservasi Arsitektur: Kawasan Menteng


Masjid Cut Mutia

Bangunan masjid ini tidak seperti disain masjid pada umumnya karena memang saat pertama dibangun fungsi bangunan ini yaitu untuk kantor pada masa pemerintahan Belanda sehingga tidak ada bentuk kubah dan tidak adanya kaligrafi juga motif-motif islam pada masjid ini. Memiliki gaya disain arsitektur klasik khas Belanda yang tidak terlalu menonjolkan ukiran-ukiran klasik yunani dapat dilihat dari tembok bangunannya yang tidak begitu ramai.

 Bangunan ini sampai sekarang terlihat sama dari gaya arsitekturnya yang dipertahankan hanya terdapat beberapa tambahan karena fungsinya yang telah berubah dan bangunan dilakukan pengecatan ulang setiap beberapa tahun sekali.


Terdapat penambahan kanopi pada balkon dilantai atas untuk mencegah panas matahari dan tampias hujan. Penambahan material batu kali yang dicat hitam pada dinding bagian bawah bangunan untuk memunculkan kesan kokoh pada bangunan.


 Penggunaan kaca patri pada jendela yang sangat mmencirikan bangunan klasik di masanya juga terdapat penambahan coakan kayu pada bingkai jendela yang mencirikan bangunan islam.




Gedung Joang 45

Merupakan bangunan museum yang fungsi mulanya pada saat pertama dibangun ialah hotel, yang dikelola oleh seorang berkebangsaan Belanda. Hotel tersebut saat itu termasuk yang cukup baik dan terkenal di kawasan pinggiran Selatan Batavia, dengan bangunan utama yang berdiri megah di tengah dan diapit deretan bangunan kamar-kamar penginapan di sisi kiri dan kanannya untuk menginap para tamu.


Bangunan ini bergaya klasik Belanda yang dicampur dengan budaya etnik Batavia, bisa dilihat dari penggunaan reiling dengan ornament, lisplang, juga penopang atap yang menempel pada tiang.




Pengunaan jendela kotak-kotak dengan teralis bunga didalamnya dan pintu kayu klasik yang tinggi dengan lubang-lubang ventilasi disisi daun pintunya.


Bentuk ornament melengkung yang merupakan unsure dari budaya Batavia terlihat pada tiang penopang atap. Penggunaan tiang tinggi kolom klasik yang merupakan symbol kekokohan dan kemegahan bangunan klasik.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi


Gedung ini didirikan sekitar tahun 1920 dengan arsitektur Eropa (Art Deco), dengan luas tanah 3.914 meter persegi dan luas bangunan 1.138 meter persegi. Pada tahun 1931, pemiliknya atas nama PT Asuransi Jiwasraya. Ketika pecah Perang Pasifik, gedung ini dipakai British Consul General sampai Jepang menduduki Indonesia.



Bangunan yang dulunya merupakan rumah kediaman laksamana Maeda ini terlihat besar dengan sedikit ornament klasik bahkan hampir tidak ada. Bangunan ini banyak menggunakan jendela tunggal panjang dengan pola kotak-kotak dengan kusen dicat kuning muda. Penggunaan bentuk atap trapezium untuk menambah kesan megah.

Gereja St. Theresia

Pada tahun 1930 kota Jakarta (Batavia) diperluas dengan mengembangkan kawasan Menteng dan Gondangdia. Umat Katolik yang mendiami kedua kawasan tersebut harus berjalan kaki cukup jauh bila akan mengikuti misa di gereja Katedral. Pengurus Gereja Katedral lalu mencari lahan sampai akhirnya ditemukan sebidang tanah di Jl. Soendaweg (sekarang Jl. Gereja Theresia) untuk dibangun gereja.



Gereja Theresia mempunyai 3 pintu, diatas setiap pintu terdapat jendela besar. Jendela besar diatas pintu utama menggambarkan St.Theresia, sedang yang diataspintu samping menggambarkan St.Ignatius de Loyola (pendiri Serikat Jesus) dan St. Fransiscus Xaverius (pelindung Misi). Dibelakang altar pun terdapat jendela yang ukurannya lebih kecil dari jendela-jendela yang disebutkan diatas, jendela-jendela ini berjumlah 13 dimana yang ditengah menggambarkan Yesus dan kanan kirinya menggambarkan keduabelas Rasul.

Gereja GPIB Jemaat Paulus



Bangunan gereja ini menggunakan material atap sirap dengan bentuk atap trapezium. Merupakan bangunan tua yang telah direnovasi seperti bangunan semula agar nilai historisnya tetap terjaga dan tidak hilang.


Sumber :
https://debbychintyatari.wordpress.com/2016/03/05/konservasi-kawasan-menteng-jakarta-pusat/
https://nuryuwandalinda.wordpress.com/2016/06/30/konservasi-arsitektur-kawasan-menteng/
http://noviaclarabianca.blogspot.com/2014/03/konservasi-arsitektur-kawasan-cagar.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar