Senin, 17 Juni 2019

KONSERVASI ARSITEKTUR ANGKOR WAR


KONSERVASI ARSITEKTUR
ANGKOR WAT KAMBOJA
FIKRI HUSNI RACHMAN 223156764



Ada 3 kota pariwisata yang menjadi andalan negara monarki konstitusional Kamboja, yaitu Phnom Penh sebagai ibukota negara, kawasan pantai Sihanoukville dankompleks candi Angkor yang terkenal di propinsi Siem Reap. Sebagai destinasi utama, akses menuju Siem Riep cukup mudah, yaitu 4 jam melalui jalan darat atau sekitar 45 menit dengan pesawat terbang dari Phnom Penh. Ada sekitar 11 penerbangan langsung internasional ke Siem Reap, tidak jauh berbeda dengan bandara internasional Phnom Penh yaitu 14 penerbangan.
Menginjakkan kaki di Siem Reap segera memberikan gambaran bahwa daerah ini memiliki semangat tak kasat mata untuk menata masa depannya. Pembangunan infrastruktur menjadi agenda utama sehingga meski masih dalam proses, wajah masa depan daerah ini sudah mulai terbentuk. Daerah inipun semakin menjanjikan bagi para investor, dalam hal penyediaan jasa pariwisata, seperti hotel. Sam Promonea, secretary of state kementrian pariwisata, menyatakan Kamboja memang sedang giat-giatnya membangun infrastruktur untuk menghubungkan titik-titik potensial pariwisata dengan bantuan sejumlah pihak, seperti ADB, China, Vietnam dan lain-lain. Ditambahkannya, saat ini Kamboja memiliki lebih dari 8000 kamar hotel dan sekitar 380 biro perjalanan.
Orang umumnya familiar dengan Angkor Wat yang terkenal. Namun Angkor Wat sendiri sebenarnya hanya merupakan salah satu candi di kawasan Angkor. Masih ada sejumlah candi lain yang hingga saat ini masih dalam tahap restorasi seperti Angkor Thom (candi Bayon), Phnom Bakheng, Candi Baphuon, Terrace of Elephant, Candi Banteay Srei yang didedikasikan kepada dewa Siwa, Candi Phnom Krom, Candi Phnom Kulen, dll. Sehingga tak heran jika Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen menyatakan kompleks candi Angkor adalah simbol potensi pariwisata Kamboja. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan rezim Khmer Merah tahun 1999, masalah keamanan tidak lagi menjadi penghalang bagi pembangunan, dan pariwisata dipilih sebagai bidang yang akan memberi kontribusi besar bagi pembangunan sosial dan pertumbuhan ekonomi. Tujuan akhirnya, tentu saja kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Sejarah Angkor yang dulu merupakan pusat kerajaan Khmer sebelum dipindah ke Phnom Penh cukup panjang, yaitu dari awal abad ke-9 hingga pertengahan abad ke-14. Pendiri sekaligus penguasa Angkor pertama adalah raja Jayavarman II yang berkuasa antara tahun 802-850. Sementara Angkor Wat dibangun oleh raja Suryavarman II yang memerintah antara tahun1112- 1152 dan diperkirakan dibangun sebagai kuburan bagi sang raja. Raja-raja Khmer jaman dulu mengadopsi dari sistem monarki India yang menganut konsep dewa raja, konsep kesatuan antara dewa dan raja, yang biasanya digunakan untuk melegitimasi kekuasaan. Konsep dewa-raja terlihat dari dari struktur candi yang bentuknya mengerucut ke atas seperti kuncup bunga lotus. Puncaknya merupakan lambang bersatunya kekuasaan raja dengan kekuatan para dewa.
Pada dinding Angkor Wat bagian luar, terpahat relief batu yang menceritakan kisah-kisah klasik India, seperti Ramayana, pemutaran lautan susu untuk mendapatkan tirta amerta dan relief pertempuran balatentara Khmer saat menghadapi serangan balatentara Champa.
Selain itu juga terpahat ribuan apsara, yang berarti dewi. Terdapat sekitar 3000 apsara disini dan jika diperhatikan dengan seksama, tak satupun apsara tersebut memiliki kesamaan antara satu dengan yang lainnya, baik dari bentuk hiasan rambut, busana maupun ekspresinya.
Di Angkor Wat terdapat 5 candi besar sesuai jumlah puncak Meru dan didalamnya terdapat simbol kekuatan sang raja yaitu Lingga. Seperti juga gunung Meru dikelilingi laut, Angkor Wat juga dikelilingi danau buatan manusia dalam ukuran yang sangat besar, sedemikian besar sehingga dikatakan airnya sanggup mengisi 17 ribu kolam renang ukuran olimpiade.
Dengan segala keunikan dan nilai historis yang melingkupi keberadaan kawasan Angkor, wajar jika negara ini memilih pariwisata sebagai salah satu pilar penyangga perekonomian Kamboja saat ini. Pariwisata memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi, mencapai 39% terhadap GDP selama tahun 2006. Kunjungan wisman ke negara ini mengalami peningkatan secara signifikan dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, dari 780.000 orang pada tahun 2003 menjadi 1,7 juta orang pada tahun 2006. Tahun ini, pemerintah Kamboja bahkan mencanangkan kunjungan 2 juta wisman. Menurut Sam Promonea, secretary of state kementrian pariwisata, peningkatan kunjungan wisata yang cukup mencolok ini merupakan hasil dari salah satu kebijakan pemerintah Kamboja untuk melakukan koordinasi yang baik antara pihak pemerintah dengan swasta. Kebijakan lainnya misalnya pemberlakuan VOA- Visa on Arrival untuk memudahkan wisatawan yang berkunjung ke negara ini.
Perlu diketahui, hingga saat ini, candi-candi yang berada di kawasan Angkor masih dalam proses restorasi dengan dibantu sejumlah negara dan lembaga, antara lain dari Perancis, Jepang, UNESCO, dll. Dahulu, Indonesia juga sempat mengirimkan arkeolognya untuk membantu sejumlah restorasi di Angkor. Dengan restorasi berkelanjutan ini ditambah dukungan pembangunan infrastruktur, Kamboja khususnya kompleks candi Angkor di Siem Riep akan semakin mantap memilih jalur pariwisata sebagai pilar ekonominya. Secara geografis, letak Kamboja strategis karena berada di kawasan Indochina berbatasan dengan Laos di utara, Vietnam di timur dan selatan, serta Thailand dan teluk Thailand di barat dan utara. Secara ekonomis maupun politis, posisi ini menguntungkan, terlebih jika infrastrukturnya sudah mendukung untuk transportasi barang dan manusia.
Bukanlah hal mudah bagi sebuah destinasi untuk mengukuhkan dirinya sebagai salah satu warisan dunia, yang mampu merawat dan mengatur kawasan ini agar harmoni dengan masyarakat pendukungnya. Pemerintah setempat menghadapi banyak tantangan untuk mengubah sebuah potensi yang sarat konflik kepentingan menjadi sumber yang secara aktif melayani kepentingan kawasan sekaligus nasional. Pemerintah kemudian membentuk APSARA – the Authority for the Protection and Management of Angkor and the Region of Siem Reap. Tugasnya untuk riset, perlindungan dan konservasi warisan budaya, sekaligus pengembangan kota dan wisatawan. Dengan kata lain, kawasan ini dikelola dengancommunity-based development dengan menetapkan zone-zone untuk melindungi kawasan candi. Masyarakat asli tetap tinggal di kawasan tersebut namun diluar zone yang dilindungi. Ada beberapa aturan yang menyertainya, antara lain orang luar tidak boleh mendirikan bangunan baru dan tanah hanya bisa dijual kepada tetangga saja. Masyarakat dididik untuk menghargai nilai warisan budaya Khmer demi generasi-generasi berikutnya. Selain itu, APSARA juga memberi pelatihan kerajinan tangan, menyediakan pasar untuk menjual hasil kerajinan tersebut serta mengajak wisatawan berkunjung langsung ke rumah-rumah pengrajin. Bahkan yang terakhir ternyata terinspirasi ketika lembaga ini berkunjung ke Jogjakarta. Masyarakat setempat diajak menanam sayur mayur yang kemudian didistribusikan ke hotel-hotel dan restaurant sehingga pendapatan mereka tak hanya tergantung pada wisman yang datang ke lokasi. Hal ini penting untuk menjaga kenyamanan wisatawan di lokasi tanpa harus menghadapi pedagang acung yang biasanya memadati tempat wisata.



Bagaimana dengan di Indonesia? Candi Borobudur di Jawa Tengah memiliki nilai historis tak ternilai dan merupakan warisan budaya bangsa ini. Meski tidak tercantum dalam daftar World Heritage seperti halnya Angkor Wat, Borobudur tetap merupakan bukti keberadaan sebuah peradaban yang tinggi. Beberapa waktu lalu, kedua candi ini disiapkan menjadi sister temple melalui LOI – letter of intent antara Kamboja dan Indonesia (pemda Jawa Tengah) sehingga diharapkan dengan adanya kerjasama tersebut akan membuka jalan bagi dirancangnya paket tour Borobudur – Angkor Wat. Bahkan Sam Promonea, secretary of statekementrian pariwisata, menanyakan kemungkinan adanya penerbangan langsung Garuda Indonesia ke Kamboja dan sebaliknya sehingga akan semakin mempererat hubungan kedua negara dalam hal pariwisata.
Sebagai sebuah destinasi, Angkor dan Borobudur sebenarnya memiliki potensi yang tidak jauh berbeda, sama-sama merupakan bukti keberadaan peradaban yang tinggi di masanya dan memiliki potensi sangat besar menjadi destinasi wisata budaya dunia. Candi Borobudur pun dari waktu ke waktu dibenahi, hanya saja setiap upaya pembenahan seringkali diiringi polemik. Sebagian besar terjadi karena perbedaan implementasi proyek-proyek yang terkait dengan pembenahan candi termasuk batasan-batasan terkait penetapan zone-zone disekitar candi. Namun demikian, dalam suatu kesempatan wawancara dengan pihak kementrian budaya, mereka menyatakan kekaguman terhadap candi Borobudur terutama karena wisatawan juga diajak mengikuti pemutaran film tentang Borobudur.
Namun sekali lagi, perlu lebih dari sekedar penyediaan informasi untuk mengelola sebuah situs budaya. Predikat ‘world heritage’ membutuhkan komitmen berkelanjutan untuk menjaga dan merawat peninggalan budaya tersebut. Jika pengelolaan situs dimaksudkan sebagai community-based, masyarakat yang bermukim disekitar situs harus dilibatkan aktif dalam upaya menjaga warisan budaya ini. Sebagai orang Indonesia yang hidup di bumi Indonesia, warisan budaya, apapun latar belakang ‘keagamaan’ yang mungkin mewarnai keberadaan sebuah situs, adalah tetap merupakan identitas bangsa ini, bagian dari diri kita sendiri. Hanya dengan keberadaannya yang fenomenal saja- tanpa disertai upaya-upaya pengelolaan yang baik oleh semua pihak, Borobudur bisa jadi end up hanya sebagai salah satu destinasi tanpa keistimewaan yang seharusnya menyertai Borobudur hingga sekian generasi bangsa ini selanjutnya.
Kekhasan patung Buddha Khmer yang terkenal dengan senyumannya –the smile of Khmer- bisa dilihat dari segala sudut Angkor. Apresiasi tinggi dan pengelolaan yang tepat terhadap warisan budaya tampaknya juga akan mampu membentuk senyum khas Khmer bagi masyarakat Kamboja hari ini.

Australia Sumbang AUS$ 1 Juta untuk Konservasi Angkor Wat 
Angkor Wat sebagai salah satu Situs Warisan Dunia telah ramai dikunjungi turis. Untuk terus menjaga kelestarian situs ini, Pemerintah Australia pun memberikan donasi hampir AUS$ 1 juta untuk menjaga kelestariannya.
Dari situs berita smh.com.au pada Senin (26/3/2012), pemerintah Australia memberikan donasi untuk ikut serta menjaga kelestarian Angkor Wat. Jumlah donasi yang diberikan untuk situs sejarah Kamboja ini pun cukup besar, hampir AUS$ 1 juta atau sekitar Rp 9,7 miliar.
Menteri luar negeri Australia, Bob Carr mengumumkan pemberian donasi saat perjalanan ke negara Asia Tenggara pada Senin (26/3).
"Kami memberikan donasi hampir AUS$ 1 juta untuk rencana perlindungan situs sejarah dunia, Angkor Wat. Ini untuk menghindari terjadinya tragedi penginjakan sesama pengunjung yang bisa sampai pada kematian, karena jumlah pengunjung yang datang meningkat menjadi 20.000 per hari," kata Carr pada situs smh.com.au.
Komplek situs Angkor, yang masing-masing wilayahnya kurang lebih berumur 700 tahun, terdiri dari 3 bagian. Bagian tersebut adalah Angkor Thom, Angkor Wat dan Kuil Bayon.
Saat ini, jutaan turis datang mengunjungi situs Agkor Wat setiap tahun. Hal ini pun memunculkan kekhawatiran akan adanya kerusakan pada beberapa bagian Angkor. Diharapkan, donasi dari Australia akan mencegah hal-hal negatif yang mungkin terjadi pada situs sejarah tersebut.

Sumber:
https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-1877267/australia-sumbang-aus-1-juta-untuk-konservasi-angkor-wat#menu_stop
https://rebelliousjoy.wordpress.com/2008/09/10/angkor-wat-warisan-dunia-%E2%80%9Cthe-smile-of-khmer%E2%80%9D/
https://kbr.id/intermezzo/12-2013/konservasi_angkor_wat_di_tangan_anak_muda/45919.html

Senin, 22 April 2019

KONSERVASI ARSITEKTUR INDONESIA : WAE REBO

Sumber: http://www.klikhotel.com/blog/desa-wae-rebo-ntt/

Yori Antar, arsitek prinsipal Han Awal Partners dan pendiri Rumah Asuh, menggagas proyek konservasi desa Wae Rebo setelah melakukan perjalanan arsitektural ke pulau Flores dan menemukan desa tersebut tahun 2008. Pada fase konservasi pertama dimulai, yaitu tahun 2009, dan fase konservasi kedua, tahun 2009-2010, Rumah Asuh bersama warga Wae Rebo memutuskan untuk memugar dulu dua rumah yang sudah ada. Pada 2011, tiga rumah dibangun untuk mengembalikan desa Wae Rebo dengan tujuh rumahnya. Proses pembangunan dikerjakan melalui gotong-royong warga.
Pada tahun 2012, Mbaru Niang, sebutan setempat untuk rumah kerucut desa Wae Rebo, mendapatkan penghargaan Unesco Asia Pacific Awards for Cultural Heritage Conservation. Penghargaan tersebut diberikan pada upaya pelestarian warisan budaya berupa bangunan yang berumur lebih dari lima puluh tahun di kawasan Asia Pasifik. Mbaru Niang mendapatkan Award of Excellence, yang merupakan penghargaan tertinggi. Selain itu, Mbaru Niang juga masuk nominasi 20 besar penghargaan Aga Khan Award for Architecture tahun 2013.

Sumber : http://ulinulin.com/posts/wae-rebo-negeri-dongeng-yang-mendunia

Konservasi Wae Rebo mendapatkan pengakuan sebagai sebuah model baru dari konservasi arsitektur. Konservasi ini juga transfer ilmu membangun dari generasi ke generasi. Rumah Asuh juga mengirim mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia untuk merekam proses pembangunan Mbaru Niang. Berbagai rekaman konservasi Wae Rebo dipublikasikan dalam bentuk buku, video, pameran, hingga artikel-artikel yang tersebar di berbagai media.
Arsip Wae Rebo ini merupakan koleksi milik Rumah Asuh. Koleksi arsip Rumah Asuh Wae Rebo terdiri dari foto-foto proses dan detail pembangunan, kebudayaan, dan masyarakat Wae Rebo, dan sketsa-sketsa rencana konservasi.

Sumber: https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/wae-rebo-kisah-sebuah-kampung-di-atas-awan

Pada kasus kali ini konservasi arsitektur yang dilakukan cukup berhasil karena dapat mengembalikan wajah asli Wae Rebo dengan penggunaan material bangunan yang sama dan bentuk yang sama, serta detail-detail bangunan pun dapat menyerupai bangunan aslinya. Dari sini kita dapat mempelajari bahwa perbaikan terhadap suatu bangunan tradisional walaupun sudah memiliki umur yang sangat tua tidak menutup kemungkinan peluang keberhasilan dalam melakukan suatu konservasi dibidang arsitketur, karena setiap permasalahan dapat di analisis dan dipelajari agar lekas hal tersebut dapat direspon dengan cara sebaik-baiknya dan menghasilkan keputusan desain yang paling cocok dengan kasus tersebut.

Sumber :
http://www.arsitekturindonesia.org/museum/wae-rebo-konservasi-yang-mendapatkan-pengakuan-dunia
http://kelilingbuana.blogspot.com/2014/09/wae-rebo-konservasi-arsitektur-budaya.html
http://colours-indonesia.com/id/lifestyle-id/interview-id/id-yori-antar/

Senin, 25 Maret 2019

Konservasi Arsitektur: Kawasan Menteng


Masjid Cut Mutia

Bangunan masjid ini tidak seperti disain masjid pada umumnya karena memang saat pertama dibangun fungsi bangunan ini yaitu untuk kantor pada masa pemerintahan Belanda sehingga tidak ada bentuk kubah dan tidak adanya kaligrafi juga motif-motif islam pada masjid ini. Memiliki gaya disain arsitektur klasik khas Belanda yang tidak terlalu menonjolkan ukiran-ukiran klasik yunani dapat dilihat dari tembok bangunannya yang tidak begitu ramai.

 Bangunan ini sampai sekarang terlihat sama dari gaya arsitekturnya yang dipertahankan hanya terdapat beberapa tambahan karena fungsinya yang telah berubah dan bangunan dilakukan pengecatan ulang setiap beberapa tahun sekali.


Terdapat penambahan kanopi pada balkon dilantai atas untuk mencegah panas matahari dan tampias hujan. Penambahan material batu kali yang dicat hitam pada dinding bagian bawah bangunan untuk memunculkan kesan kokoh pada bangunan.


 Penggunaan kaca patri pada jendela yang sangat mmencirikan bangunan klasik di masanya juga terdapat penambahan coakan kayu pada bingkai jendela yang mencirikan bangunan islam.




Gedung Joang 45

Merupakan bangunan museum yang fungsi mulanya pada saat pertama dibangun ialah hotel, yang dikelola oleh seorang berkebangsaan Belanda. Hotel tersebut saat itu termasuk yang cukup baik dan terkenal di kawasan pinggiran Selatan Batavia, dengan bangunan utama yang berdiri megah di tengah dan diapit deretan bangunan kamar-kamar penginapan di sisi kiri dan kanannya untuk menginap para tamu.


Bangunan ini bergaya klasik Belanda yang dicampur dengan budaya etnik Batavia, bisa dilihat dari penggunaan reiling dengan ornament, lisplang, juga penopang atap yang menempel pada tiang.




Pengunaan jendela kotak-kotak dengan teralis bunga didalamnya dan pintu kayu klasik yang tinggi dengan lubang-lubang ventilasi disisi daun pintunya.


Bentuk ornament melengkung yang merupakan unsure dari budaya Batavia terlihat pada tiang penopang atap. Penggunaan tiang tinggi kolom klasik yang merupakan symbol kekokohan dan kemegahan bangunan klasik.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi


Gedung ini didirikan sekitar tahun 1920 dengan arsitektur Eropa (Art Deco), dengan luas tanah 3.914 meter persegi dan luas bangunan 1.138 meter persegi. Pada tahun 1931, pemiliknya atas nama PT Asuransi Jiwasraya. Ketika pecah Perang Pasifik, gedung ini dipakai British Consul General sampai Jepang menduduki Indonesia.



Bangunan yang dulunya merupakan rumah kediaman laksamana Maeda ini terlihat besar dengan sedikit ornament klasik bahkan hampir tidak ada. Bangunan ini banyak menggunakan jendela tunggal panjang dengan pola kotak-kotak dengan kusen dicat kuning muda. Penggunaan bentuk atap trapezium untuk menambah kesan megah.

Gereja St. Theresia

Pada tahun 1930 kota Jakarta (Batavia) diperluas dengan mengembangkan kawasan Menteng dan Gondangdia. Umat Katolik yang mendiami kedua kawasan tersebut harus berjalan kaki cukup jauh bila akan mengikuti misa di gereja Katedral. Pengurus Gereja Katedral lalu mencari lahan sampai akhirnya ditemukan sebidang tanah di Jl. Soendaweg (sekarang Jl. Gereja Theresia) untuk dibangun gereja.



Gereja Theresia mempunyai 3 pintu, diatas setiap pintu terdapat jendela besar. Jendela besar diatas pintu utama menggambarkan St.Theresia, sedang yang diataspintu samping menggambarkan St.Ignatius de Loyola (pendiri Serikat Jesus) dan St. Fransiscus Xaverius (pelindung Misi). Dibelakang altar pun terdapat jendela yang ukurannya lebih kecil dari jendela-jendela yang disebutkan diatas, jendela-jendela ini berjumlah 13 dimana yang ditengah menggambarkan Yesus dan kanan kirinya menggambarkan keduabelas Rasul.

Gereja GPIB Jemaat Paulus



Bangunan gereja ini menggunakan material atap sirap dengan bentuk atap trapezium. Merupakan bangunan tua yang telah direnovasi seperti bangunan semula agar nilai historisnya tetap terjaga dan tidak hilang.


Sumber :
https://debbychintyatari.wordpress.com/2016/03/05/konservasi-kawasan-menteng-jakarta-pusat/
https://nuryuwandalinda.wordpress.com/2016/06/30/konservasi-arsitektur-kawasan-menteng/
http://noviaclarabianca.blogspot.com/2014/03/konservasi-arsitektur-kawasan-cagar.html


Sabtu, 09 Maret 2019

Konservasi Arsitektur

APA ITU KONSERVASI ARSITEKTUR?


Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, (Inggris)Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah
  • Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya.
  • Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam
  • (fisik) Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia atau transformasi fisik.
  • Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan
  • Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan lingkungan alaminya.
          Di Indonesia, berdasarkan peraturan perundang-undangan, Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Cagar alam dan suaka margasatwa merupakan Kawasan Suaka Alam (KSA), sementara taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).

          Cagar alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tunbuhan, satwa, atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Suaka margasatwa mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwanya.
          Taman nasional mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman hutan raya untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman wisata alam dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

Konservasi Arsitektur
 Konservasi arsitektur adalah penyelamatan suatu obyek/bangunan sebagai bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah suatu bangsa, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi.
          Dalam Burra Charter konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Pengertian ini sebenarnya perlu diperluas lebih spesifik yaitu pemeliharaan morfologi (bentuk fisik) dan fungsinya. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Bila dikaitkan dengan kawasan maka konservasi kawasan atau sub bagian kota mencakup suatu upaya pencegahan adanya aktivitas perubahan sosial atau pemanfaatan yang tidak sesuai dan bukan secara fisik saja.

Sasaran Konservasi
  • Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian.
  • Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini.
  • Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian.
  • Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi Lingkup Kegiatan.
Ruang Lingkup Konservasi :
Kategori obyek konservasi :
  • Lingkungan Alami (Natural Area)
  • Kota dan Desa (Town and Village)
  • Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
  •  Kawasan (Districts)
  •  Wajah Jalan (Street-scapes)
  • Bangunan (Buildings)
  • Benda dan Penggalan (Object and Fragments)
Manfaat Konservasi :
  • Memperkaya pengalaman visual
  • Memberi suasana permanen yang menyegarkan
  • Memberi kemanan psikologis
  •  Mewariskan arsitektur
  • Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional
Peran Arsitek Dalam Konservasi :
Internal :
  • Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi.
  • Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse
  • Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.
Eksternal :
  • Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
  • Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines)
  • Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
  • Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.
STASIUN JAKARTA KOTA (BEOS)


Stasiun Kereta Api Jakarta Kota (Beos) adalah stasiun kereta api berusia tua yang berada dalam kawasan di Kota Tua Jakarta. Stasiun tua yang bersejarah ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 475 tahun 1993.


Mungkin hanya sedikit warga Jakarta yang tahu apa arti Beos, dan menurut artikel dalam wikipedia ada beberapa versi dalam mengartikan nama Beos, yakni sebagai berikut :
  • Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh.
  •  Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan kota Batavia dengan kota lain sepertiBekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.
  • Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul karena pada akhir abad ke-19, Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api. Satunya adalah Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang. Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg, dan merupakan terminus untuk jalur Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia. Stasiun Kota (1929).

Batavia Zuid, awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk renovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta api-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.

Di balik kemegahan stasiun ini, tersebutlah nama seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung 8 September 1882 yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels, lelaki yang menamatkan pendidikan arsitekturnya di Delft dan mendirikan biro arsitektur Algemeen Ingenieur Architectenbureau (AIA). Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijsels, yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan.

Kriteria pemilihan bangunan konservasi berdasarkan kriteria Benda Cagar Budaya UU No. 11 Tahun 2012, yakni :
  1. Berusia 50 tahun / lebih
  2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun
  3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahun, pendidikan, agama dan atau kebudayaan
  4. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Stasiun tua yang bersejarah ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 475 tahun 1993. dan sudah berumur 142 tahun.


Sumber :
https://media.neliti.com/media/publications/130970-ID-arsitektur-dalam-konservasi-lingkungan-d.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Jakarta_Kota
https://media.neliti.com/media/publications/130970-ID-arsitektur-dalam-konservasi-lingkungan-d.pdf
https://www.academia.edu/26005196/Keterkaitan_Konservasi_Arsitektur_dan_Eksistensi_Cagar_Budaya