KONSERVASI ARSITEKTUR
ANGKOR WAT KAMBOJA
FIKRI HUSNI RACHMAN 223156764
Ada 3 kota pariwisata yang menjadi andalan negara monarki
konstitusional Kamboja, yaitu Phnom Penh sebagai ibukota negara, kawasan pantai
Sihanoukville dankompleks candi Angkor yang terkenal di propinsi Siem Reap. Sebagai
destinasi utama, akses menuju Siem Riep cukup mudah, yaitu 4 jam melalui jalan
darat atau sekitar 45 menit dengan pesawat terbang dari Phnom Penh. Ada sekitar
11 penerbangan langsung internasional ke Siem Reap, tidak jauh berbeda dengan
bandara internasional Phnom Penh yaitu 14 penerbangan.
Menginjakkan kaki di Siem Reap segera memberikan gambaran
bahwa daerah ini memiliki semangat tak kasat mata untuk menata masa depannya.
Pembangunan infrastruktur menjadi agenda utama sehingga meski masih dalam proses,
wajah masa depan daerah ini sudah mulai terbentuk. Daerah inipun semakin
menjanjikan bagi para investor, dalam hal penyediaan jasa pariwisata, seperti
hotel. Sam Promonea, secretary of state kementrian pariwisata,
menyatakan Kamboja memang sedang giat-giatnya membangun infrastruktur untuk
menghubungkan titik-titik potensial pariwisata dengan bantuan sejumlah pihak,
seperti ADB, China, Vietnam dan lain-lain. Ditambahkannya, saat ini Kamboja
memiliki lebih dari 8000 kamar hotel dan sekitar 380 biro perjalanan.
Orang umumnya familiar dengan Angkor Wat yang terkenal. Namun
Angkor Wat sendiri sebenarnya hanya merupakan salah satu candi di kawasan
Angkor. Masih ada sejumlah candi lain yang hingga saat ini masih dalam tahap
restorasi seperti Angkor Thom (candi Bayon), Phnom Bakheng, Candi Baphuon,
Terrace of Elephant, Candi Banteay Srei yang didedikasikan kepada dewa Siwa,
Candi Phnom Krom, Candi Phnom Kulen, dll. Sehingga tak heran jika Perdana
Menteri Kamboja, Hun Sen menyatakan kompleks candi Angkor adalah simbol potensi
pariwisata Kamboja. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan rezim Khmer Merah
tahun 1999, masalah keamanan tidak lagi menjadi penghalang bagi pembangunan,
dan pariwisata dipilih sebagai bidang yang akan memberi kontribusi besar bagi
pembangunan sosial dan pertumbuhan ekonomi. Tujuan akhirnya, tentu saja
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Sejarah Angkor yang dulu merupakan pusat kerajaan Khmer
sebelum dipindah ke Phnom Penh cukup panjang, yaitu dari awal abad ke-9 hingga
pertengahan abad ke-14. Pendiri sekaligus penguasa Angkor pertama adalah raja
Jayavarman II yang berkuasa antara tahun 802-850. Sementara Angkor Wat dibangun
oleh raja Suryavarman II yang memerintah antara tahun1112- 1152 dan
diperkirakan dibangun sebagai kuburan bagi sang raja. Raja-raja Khmer jaman
dulu mengadopsi dari sistem monarki India yang menganut konsep dewa raja,
konsep kesatuan antara dewa dan raja, yang biasanya digunakan untuk
melegitimasi kekuasaan. Konsep dewa-raja terlihat dari dari struktur candi yang
bentuknya mengerucut ke atas seperti kuncup bunga lotus. Puncaknya merupakan
lambang bersatunya kekuasaan raja dengan kekuatan para dewa.
Pada dinding Angkor Wat bagian luar, terpahat relief batu
yang menceritakan kisah-kisah klasik India, seperti Ramayana, pemutaran lautan
susu untuk mendapatkan tirta amerta dan relief pertempuran balatentara Khmer
saat menghadapi serangan balatentara Champa.
Selain itu juga terpahat ribuan apsara, yang berarti dewi.
Terdapat sekitar 3000 apsara disini dan jika diperhatikan dengan seksama, tak
satupun apsara tersebut memiliki kesamaan antara satu dengan yang lainnya, baik
dari bentuk hiasan rambut, busana maupun ekspresinya.
Di Angkor Wat terdapat 5 candi besar sesuai jumlah puncak
Meru dan didalamnya terdapat simbol kekuatan sang raja yaitu Lingga. Seperti
juga gunung Meru dikelilingi laut, Angkor Wat juga dikelilingi danau buatan
manusia dalam ukuran yang sangat besar, sedemikian besar sehingga dikatakan
airnya sanggup mengisi 17 ribu kolam renang ukuran olimpiade.
Dengan segala keunikan dan nilai historis yang melingkupi
keberadaan kawasan Angkor, wajar jika negara ini memilih pariwisata sebagai
salah satu pilar penyangga perekonomian Kamboja saat ini. Pariwisata memberikan
kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi, mencapai 39% terhadap GDP selama
tahun 2006. Kunjungan wisman ke negara ini mengalami peningkatan secara
signifikan dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, dari 780.000 orang pada tahun
2003 menjadi 1,7 juta orang pada tahun 2006. Tahun ini, pemerintah Kamboja
bahkan mencanangkan kunjungan 2 juta wisman. Menurut Sam Promonea, secretary
of state kementrian pariwisata, peningkatan kunjungan wisata yang cukup
mencolok ini merupakan hasil dari salah satu kebijakan pemerintah Kamboja untuk
melakukan koordinasi yang baik antara pihak pemerintah dengan swasta. Kebijakan
lainnya misalnya pemberlakuan VOA- Visa on Arrival untuk memudahkan wisatawan
yang berkunjung ke negara ini.
Perlu diketahui, hingga saat ini, candi-candi yang berada di
kawasan Angkor masih dalam proses restorasi dengan dibantu sejumlah negara dan
lembaga, antara lain dari Perancis, Jepang, UNESCO, dll. Dahulu, Indonesia juga
sempat mengirimkan arkeolognya untuk membantu sejumlah restorasi di Angkor.
Dengan restorasi berkelanjutan ini ditambah dukungan pembangunan infrastruktur,
Kamboja khususnya kompleks candi Angkor di Siem Riep akan semakin mantap
memilih jalur pariwisata sebagai pilar ekonominya. Secara geografis, letak
Kamboja strategis karena berada di kawasan Indochina berbatasan dengan Laos di
utara, Vietnam di timur dan selatan, serta Thailand dan teluk Thailand di barat
dan utara. Secara ekonomis maupun politis, posisi ini menguntungkan, terlebih
jika infrastrukturnya sudah mendukung untuk transportasi barang dan manusia.
Bukanlah hal mudah bagi sebuah destinasi untuk mengukuhkan
dirinya sebagai salah satu warisan dunia, yang mampu merawat dan mengatur
kawasan ini agar harmoni dengan masyarakat pendukungnya. Pemerintah setempat
menghadapi banyak tantangan untuk mengubah sebuah potensi yang sarat konflik
kepentingan menjadi sumber yang secara aktif melayani kepentingan kawasan
sekaligus nasional. Pemerintah kemudian membentuk APSARA – the Authority for
the Protection and Management of Angkor and the Region of Siem Reap. Tugasnya
untuk riset, perlindungan dan konservasi warisan budaya, sekaligus pengembangan
kota dan wisatawan. Dengan kata lain, kawasan ini dikelola dengancommunity-based
development dengan menetapkan zone-zone untuk melindungi kawasan
candi. Masyarakat asli tetap tinggal di kawasan tersebut namun diluar zone yang
dilindungi. Ada beberapa aturan yang menyertainya, antara lain orang luar tidak
boleh mendirikan bangunan baru dan tanah hanya bisa dijual kepada tetangga
saja. Masyarakat dididik untuk menghargai nilai warisan budaya Khmer demi
generasi-generasi berikutnya. Selain itu, APSARA juga memberi pelatihan
kerajinan tangan, menyediakan pasar untuk menjual hasil kerajinan tersebut
serta mengajak wisatawan berkunjung langsung ke rumah-rumah pengrajin. Bahkan
yang terakhir ternyata terinspirasi ketika lembaga ini berkunjung ke
Jogjakarta. Masyarakat setempat diajak menanam sayur mayur yang kemudian
didistribusikan ke hotel-hotel dan restaurant sehingga pendapatan mereka tak
hanya tergantung pada wisman yang datang ke lokasi. Hal ini penting untuk
menjaga kenyamanan wisatawan di lokasi tanpa harus menghadapi pedagang acung
yang biasanya memadati tempat wisata.
Bagaimana dengan di Indonesia? Candi Borobudur di Jawa Tengah memiliki nilai historis tak ternilai dan merupakan warisan budaya bangsa ini. Meski tidak tercantum dalam daftar World Heritage seperti halnya Angkor Wat, Borobudur tetap merupakan bukti keberadaan sebuah peradaban yang tinggi. Beberapa waktu lalu, kedua candi ini disiapkan menjadi sister temple melalui LOI – letter of intent antara Kamboja dan Indonesia (pemda Jawa Tengah) sehingga diharapkan dengan adanya kerjasama tersebut akan membuka jalan bagi dirancangnya paket tour Borobudur – Angkor Wat. Bahkan Sam Promonea, secretary of statekementrian pariwisata, menanyakan kemungkinan adanya penerbangan langsung Garuda Indonesia ke Kamboja dan sebaliknya sehingga akan semakin mempererat hubungan kedua negara dalam hal pariwisata.
Sebagai sebuah destinasi, Angkor dan Borobudur sebenarnya
memiliki potensi yang tidak jauh berbeda, sama-sama merupakan bukti keberadaan
peradaban yang tinggi di masanya dan memiliki potensi sangat besar menjadi
destinasi wisata budaya dunia. Candi Borobudur pun dari waktu ke waktu
dibenahi, hanya saja setiap upaya pembenahan seringkali diiringi polemik.
Sebagian besar terjadi karena perbedaan implementasi proyek-proyek yang terkait
dengan pembenahan candi termasuk batasan-batasan terkait penetapan zone-zone
disekitar candi. Namun demikian, dalam suatu kesempatan wawancara dengan pihak
kementrian budaya, mereka menyatakan kekaguman terhadap candi Borobudur
terutama karena wisatawan juga diajak mengikuti pemutaran film tentang
Borobudur.
Namun sekali lagi, perlu lebih dari sekedar penyediaan
informasi untuk mengelola sebuah situs budaya. Predikat ‘world heritage’
membutuhkan komitmen berkelanjutan untuk menjaga dan merawat peninggalan budaya
tersebut. Jika pengelolaan situs dimaksudkan sebagai community-based,
masyarakat yang bermukim disekitar situs harus dilibatkan aktif dalam upaya
menjaga warisan budaya ini. Sebagai orang Indonesia yang hidup di bumi
Indonesia, warisan budaya, apapun latar belakang ‘keagamaan’ yang mungkin
mewarnai keberadaan sebuah situs, adalah tetap merupakan identitas bangsa ini,
bagian dari diri kita sendiri. Hanya dengan keberadaannya yang fenomenal saja-
tanpa disertai upaya-upaya pengelolaan yang baik oleh semua pihak, Borobudur
bisa jadi end up hanya sebagai salah satu destinasi tanpa
keistimewaan yang seharusnya menyertai Borobudur hingga sekian generasi bangsa
ini selanjutnya.
Kekhasan patung Buddha Khmer yang terkenal dengan senyumannya
–the smile of Khmer- bisa dilihat dari segala sudut Angkor. Apresiasi tinggi
dan pengelolaan yang tepat terhadap warisan budaya tampaknya juga akan mampu
membentuk senyum khas Khmer bagi masyarakat Kamboja hari ini.
Australia Sumbang AUS$ 1 Juta untuk Konservasi Angkor Wat
Angkor Wat sebagai salah satu Situs Warisan Dunia telah ramai
dikunjungi turis. Untuk terus menjaga kelestarian situs ini, Pemerintah
Australia pun memberikan donasi hampir AUS$ 1 juta untuk menjaga
kelestariannya.
Dari situs berita smh.com.au pada Senin (26/3/2012), pemerintah Australia memberikan donasi untuk ikut serta menjaga kelestarian Angkor Wat. Jumlah donasi yang diberikan untuk situs sejarah Kamboja ini pun cukup besar, hampir AUS$ 1 juta atau sekitar Rp 9,7 miliar.
Menteri luar negeri Australia, Bob Carr mengumumkan pemberian donasi saat perjalanan ke negara Asia Tenggara pada Senin (26/3).
"Kami memberikan donasi hampir AUS$ 1 juta untuk rencana perlindungan situs sejarah dunia, Angkor Wat. Ini untuk menghindari terjadinya tragedi penginjakan sesama pengunjung yang bisa sampai pada kematian, karena jumlah pengunjung yang datang meningkat menjadi 20.000 per hari," kata Carr pada situs smh.com.au.
Komplek situs Angkor, yang masing-masing wilayahnya kurang lebih berumur 700 tahun, terdiri dari 3 bagian. Bagian tersebut adalah Angkor Thom, Angkor Wat dan Kuil Bayon.
Saat ini, jutaan turis datang mengunjungi situs Agkor Wat setiap tahun. Hal ini pun memunculkan kekhawatiran akan adanya kerusakan pada beberapa bagian Angkor. Diharapkan, donasi dari Australia akan mencegah hal-hal negatif yang mungkin terjadi pada situs sejarah tersebut.
Dari situs berita smh.com.au pada Senin (26/3/2012), pemerintah Australia memberikan donasi untuk ikut serta menjaga kelestarian Angkor Wat. Jumlah donasi yang diberikan untuk situs sejarah Kamboja ini pun cukup besar, hampir AUS$ 1 juta atau sekitar Rp 9,7 miliar.
Menteri luar negeri Australia, Bob Carr mengumumkan pemberian donasi saat perjalanan ke negara Asia Tenggara pada Senin (26/3).
"Kami memberikan donasi hampir AUS$ 1 juta untuk rencana perlindungan situs sejarah dunia, Angkor Wat. Ini untuk menghindari terjadinya tragedi penginjakan sesama pengunjung yang bisa sampai pada kematian, karena jumlah pengunjung yang datang meningkat menjadi 20.000 per hari," kata Carr pada situs smh.com.au.
Komplek situs Angkor, yang masing-masing wilayahnya kurang lebih berumur 700 tahun, terdiri dari 3 bagian. Bagian tersebut adalah Angkor Thom, Angkor Wat dan Kuil Bayon.
Saat ini, jutaan turis datang mengunjungi situs Agkor Wat setiap tahun. Hal ini pun memunculkan kekhawatiran akan adanya kerusakan pada beberapa bagian Angkor. Diharapkan, donasi dari Australia akan mencegah hal-hal negatif yang mungkin terjadi pada situs sejarah tersebut.
Sumber:
https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-1877267/australia-sumbang-aus-1-juta-untuk-konservasi-angkor-wat#menu_stop
https://rebelliousjoy.wordpress.com/2008/09/10/angkor-wat-warisan-dunia-%E2%80%9Cthe-smile-of-khmer%E2%80%9D/
https://kbr.id/intermezzo/12-2013/konservasi_angkor_wat_di_tangan_anak_muda/45919.html