Manusia dan Keadilan
Suatu pagi, saya memberi uang saku kepada adik saya. Kebetulan saya
memiliki dua orang adik. Seorang adik perempuan kelas 6 SD dan seorang
adik laki-laki kelas 3 SD. Saya memberikan uang saku dengan jumlah yang
berbeda kepada mereka. Tentu saja adik perempuan saya mendapat jumlah
uang saku yang lerbih banyak. Mengetahui hal ini, saat sepulang sekolah
adik laki-laki saya protes kepada saya.
“Mas, kalo bagi uang yang adil donk! Masak uang sakuku lebih sedikit dari punyane kakak?”
Kemudian saya melemparkan sebuah pertanyaan kepadanya, “Menurutmu adil itu yang seperti apa?”
Dengan polosnya adik saya yang baru berusia 9 tahun itu menjawab, “Ya
harus sama jumlahnya donk, Mas. Kalo kakak dapet sekian aku juga harus
dapat jumlah yang sama juga.”
Dengan tersenyum saya meninggalkan dia. Sesaat kemudian saya menemui dia
lagi dengan membawa dua buah gelas, literan, dan sebotol air. Kedua
gelas itu memiliki ukuran berbeda. Yang pertama gelas besar dan yang
kedua gelas kecil.
“Ok dik, sekarang aku minta, tolong masing-masing gelas kamu isi dengan air sebanyak 240 mL!”
Dengan sedikit pengarahan dari saya, dia mulai mengisikan air ke dalam
literan hingga mencapai angka 240 mL dan menuangkannya ke dalam gelas
besar. Pada gelas yang besar, air hampir memenuhi isi gelas. Namun, pada
saat dia mengisi gelas yang kecil airnya tumpah.
Kemudian saya meminta dia untuk mengosongkan gelas-gelas tersebut. Dan
sekarang saya memberi instruksi yang berbeda. “Sekarang isikan air ke
dalam masing-masing gelas hingga penuh!”
Dia mulai menuangkan air ke dalam masing-masing gelas hingga penuh. Dan sekarang tidak ada air yang tumpah.
Jadi suatu keadilan bukan tergantung pada jumlah nya namun pada ukuran dari sesuatu yang dibutuhkan, jangan lah mengeluh bila merasa selalu kurang, mungkin inilah takaran adil yang diberikan kepada kita dengan usaha yang kita hasilkan.
sumber : link
Tidak ada komentar:
Posting Komentar